BATU
YANG HIDUP
I
Pet. 2:2-10
Pendahuluan:
Saudara yang dikasihi
Tuhan, pernahkah kita memperhatikan batu dan bayi? Apa perbedaannya?
Kalau batu ada banyak
macam batu di bumi ini, ada batu yang berada di atas lapisan bumi, di
tengah-tengah bumi, bahkan sampai di bagian paling bawah bumi.
Jenisnya pun juga ada
ribuan, seperti batu alam, batu giok, batu marmer, sampai batu akik.namun yang
paling utama dari semua batu terbaik adalah batu yang dipakai untuk membangun
sebuah pondasi untuk mendirikan bangunan yang kuat dan kokoh.
Namun semua batu-batu
ini meskipun harganya mahal hingga jutaan rupiah, tidak aka nada yang bisa
mengalahkan batu yang satu ini. Survei saya membuktikan bahwa hanya batu ini
yang benar-benar kuat dan jenisnya tidak ada yang menyamai.
Kalau bayi, hanya ada 2
macamnya. Yaitu bayi laki-laki dan bayi perempuan.
Peran dan fungsi dari
batu dan bayi ini sangat berbeda, kalau batu itu kuat, teksturnya kasar dan
keras, digunakan untuk beberapa hal yang kuat dan juga keras. Namun bayi,
bertolak belakang sekali dengan batu. Dia teksturnya sangat lembut, mudah
iritasi, dan identik dengan kelemahan. Karena bayi tidak dapat berbuat apa-apa
dan membutuhkan perlindungan.
Pada malam hari ini
kita akan belajar Mari kita buka dalam I Pet. 2:2-10
Isi:
Dari ke Sembilan ayat
yang akan kita bahas mala mini, saya akan membaginya menjadi beberapa bagian,
yaitu:
Pertama,
ayat 2
Bayi adalah manusia
kecil yang tidak mengerti apa-apa dan yang hanya berharap pada air susu ibu.
Dan ketika ia lapar, ia tidak akan berteriak minta susu, melainkan ia akan
menangis sebagai suatu pertanda bahwa ia haus dan lapar.
Dan bayi hanya dapat
menerima air susu, diluar itu perutnya tidak akan bisa menerima karena bayi
yang masih kecil ini masih membutuhkan sesuatu yang lembut, murni dan higenis.
Sama seperti kita, yang
adalah anak Allah yang masih sangat membutuhkan suatu asupan Firman yang murni
untuk mendukung pertumbuhan rohani kita yaitu suatu kerinduan yang mendalam
untuk makan dari Firman Allah yang hidup dan kekal.
Maka, kita patut
berwaspada supaya kelaparan dan kehausan akan Firman Allah itu tidak lenyap. Mengapa
kita harus waspada akan hal ini? Apakah hal ini terlalu penting? Iya, karena kerinduan
ini dapat dipadamkan oleh berbagai sikap yang salah (ayat 1Pet
2:1) dan melalui "terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan
hidup" (Luk
8:14).
Karena itu firman yang
diterima dan yang diberikan adalah firman yang benar-benar murni yaitu yang
tidak bercampur dengan kesalahan, tidak bercampur dengan filsafat yang salah,
tidak berasal dari penemuan yang salah, dan harus benar-benar hati-hati ketika
seseorang memberikannya, sehingga yang menerimanya akan bertumbuh dengan baik
dan memperoleh keselamatan.
Dan hal itu akan
dilakukan bagi orang yang telah dengan benar dan sungguh-sungguh
mengecap/merasakan kebaikan Tuhan dalam hidupnya. Karena segala sesuatu yang
Tuhan lakukan adalah baik.
Kedua,
ayat 4-7
Kata “dan datanglah…,
dan biarlah…” mengacu pada kata yang merupakan seperti kata perintah. Tetapi
yang sebenarnya dalam bahasa aslinya kata ini bukanlah kata perintah yaitu; “Dan datang kepadaNya seperti kepada
suatu batu yang hidup”.
Dalam kasus ini, sudah jelas bahwa yang menjadi pembahasan utama ialah
batu yang hidup itu. Batu ini yang dibuang oleh orang-orang, padahal batu yang
mereka buang dan mereka anggap tidak ada gunanya inilah yang Allah pakai dan
Allah pilih.
Bagi orang-orang yang tidak menganggap batu ini berguna, mereka akan
membuangnya karena mereka merasa bahwa batu ini tidak membawa suatu
keberuntungan, melainkan mendatangkan suatu celaka yang akhirnya membuat mereka
tersandung. Inilah konsep pemikiran orang-orang yang tidak percaya dan tidak
berpegang teguh pada batu ini.
Tetapi lain bagi kita dan orang-orang yang percaya, batu ini merupakan
batu yang mahal dan merupakan batu penjuru. Batu penjur adalah sebuah
batu besar yang ditempatkan pada fondasi di sudut utama suatu bangunan baru.
Batu ini menghubungkan bagian ujung tembok dengan tembok sebelahnya, sehingga
keduanya menyatu, dan tidak mungkin kalau batu ini tidak kuat, pasti dia akan
roboh.
Ketiga, ayat 9-10
Setelah Petrus
membicarakan tentangorang yang tidak percaya, kini ia membicarakan keadaan
orang yang merupakan pilihan Allah artinya mereka yang tidak meremehkan batu
tersebut.
Siapakah batu itu? Batu
itu adalah Kristus.
Pada ayat ini
disebutkan ciri-ciri dari umat pilihan Allah, yaitu: imamat yang rajani, bangsa
yang kudus, dan umat kepunyaan Allah.
Dan umat inilah yang
telah Dia keluarkan dari kegelapan untuk menerima terangNya yang ajaib.
Ayat 10 menurut saya
memiliki hubungan dengan ayat 1, karena ayat 1 merupakan ciri-ciri dari umat
yang bukan miliki Allah (ay. 10 a).
namun sekarang telah dipulihkan untuk layak menjadi umat pilihan-Nya.
Apa yang dapat kita
pelajari:
- Menerima
Firman yang murni
- Berpegang pada
Batu yang Hidup
Ilustrasi:
Ada
seorang misionaris dari Amerika yang bertugas melayani di daerah Afrika, yang
melayani dengan setia di tengah-tengah keadaan sulit, karena pada waktu itu
terjadi suatu perlawanan dari pihak teroris. Dan ditengah-tengah pelayanannya
ini, ia bertemu dengan seorang misionaris wanita yang juga berasal dari
Amerika.
Mereka
menikah dan melayani bersama di Afrika, suatu kali sang istri bermimpi, dia
menggandeng seorang anak kecil dan memeluk sebuah batu besar yang sangat kuat,
dan dia bertanya-tanya kepada Tuhan apakah arti dari mimpinya tersebut.
Setelah
lewat 1 bulan pernikahan mereka, mereka melakukan perjalanan hendak melayani
suatu tempat di Afrika, tetapi ditengah-tengah perjalanan terjadi aksi saling
tembak menembak, dan suaminya terkena luka tembak dibagian sekitar perut dan
dada. Dan suami dari misionaris wanita ini meninggal ditempat.
Tepat
pada kejadian itu, sang istri ternyata telah hamil 1 bulan. Dia mengalami
tingkat stress yang sangat berat, dan memutuskan untuk pulang ke Amerika dan
tidak mau melayani di Afrika, karena ia merasa sangat kecewa dan marah.
Hari
demi hari dan tahun demi tahun, dia menyadari dan mengerti arti dari mimpinya.
Ternyata arti dari mimpi itu adalah sekalipun dia telah ditinggal pergi oleh
suaminya, dia masih memiliki batu sandaran yang hidup dan kuat yaitu Kristus
dalam hidupnya.
Dan
setelah bertahun-tahun dia tinggal di Amerika, dia memutuskan kembali untuk
melayani Afrika bersama anaknya hingga sekarang. Kisah ini merupakan kisah
nyata yang pernah ibu Thina sampaikan dan merupakan inspirasi bagi kita untuk
belajar dari cerita ini, bahwa dalam keadaan sesulit apapun, dan bagaimanapun
tidak ada yang dapat menghalangi kita untuk tetap mengandalkan Kristus
sekalipun orang-orang yang kita sayangi meninggalkan dan menghianati kita.
Tetapi
ada yang lebih kuat dari itu semua, yaitu Kristus sandaran kita.
- Menerima
anugerah terbesar (ay. 10)